Sunday 23 November 2008

Anjangsana ke Panti

Anjangsana ke Panti Asuhan “Sayap Kasih” Woloan
Kota Tomohon-Indonesia

Dalam rangka Pesta Pelindung Sta. Elisabeth (5 Nopember 2008), maka sekumpulan umat wilayah rohani yang bernaung dengan nama Sta. Elisabeth memperingati hari spesial tersebut. Kami telah merencanakan akan berkunjung ke salah satu panti asuhan, dan pilihan kami adalah sebuah Panti Asuhan anak-anak cacat mental dan fisik yang berada di desa Woloan III, Kota Tomohon........ sekitar 35 km dari Manado.
Inilah tempatnya ........

Lihatlah anak-anak ini..............

Mereka berjumlah 17 anak cacat dengan 20 orang pengasuh, juga ada suster-suster di biara yang juga merelakan hidup mereka memelihara, menyayangi dan memberi diri untuk pelayanan sosial. Panti Asuhan Sayap Kasih bernaung di sebuah Yayasan yaitu Yayasan Manuel Runtu.

Segala sesuatu yang pertama, bagiku sangat mengesankan........ Stella hampir tiap tahun mengikuti dan merencanakan bersama umat wilayah rohani untuk anjangsana, pindah-pindah tempat agar semua bisa kami kunjungi dan memberikan bantuan sekemampuan kami. Dan baru kali ini ke panti asuhan Sayap Kasih dan melihat semua anak cacat mental fisik.
Sebulan lalu, aku sebagai juga sekretaris di wilayah rohani ini terlibat bersama Ibu Jenny Tanudjaja mengusahakan kegiatan ini. Wilayah rohani yang terdiri dari 23 keluarga, semuanya dengan rela dan tulus hati memberikan sumbangan, disarankan dalam bentuk uang, lalu setelah itu semua bahan-bahan yang akan diberikan dibeli agar supaya semuanya seragam dan jenisnya hanya 5 saja sesuai permintaan Suster. Waktu itu Stella menelpon panti dan Suster Henrynia Karamoy yg mengangkat telpon, maksudku untuk menanyakan apa saja kebutuhan anak-anak saat ini, karena takutnya udah ada bahan/barang yang kelebihan dan ada yg justru dibutuhkan saat ini tapi tidak ada atau sudah kurang persediaan di panti. Dan suster mengatakan dengan malu-malu..... kalau bisa saat ini yang mereka butuhkan celana dalam anak-anak (biasanya terlupakan, malah pampers bayi/anak sudah kebanyakan yg dikasih orang, persediaan masih cukup), susu bubuk, kue-kue kering, sabun cuci/mandi, minyak goreng. Tapi dari kami umat ditambahkan karena ada keluarga yang kasih beras 2 karung dan juga sepatu-sepatu baru untuk anak-anak. Waktu kami serahkan, jumlahnya sangat cukup untuk persediaan bisa 3-4 bulan ke depan, kata suster.
Tidak hanya anak-anak panti yg kami ingat tapi juga para pengasuhnya.... orang-orang yang penuh kasih dan mau melayani kebutuhan anak-anak yang tidak berdaya ini, cacat bukan hanya fisik (dimana tidak bisa melihat, ada yg lumpuh, ada yg tidak bisa mendengar), tapi mereka juga cacat mental....... tidak tahu apa-apa. Anak-anak ini sungguh membutuhkan dan tergantung kepada orang lain.......... sangat sangat sedih melihat keadaan mereka, tapi juga saya kira justru karena ketidakberdayaan mereka dan ketidaktahuan mereka, anak-anak ini yang secara kasat mata dilihat menderita, tapi sesungguhnya merekalah orang yang tidak merasakan penderitaan itu. Mereka anak-anak yang bahagia.
Oya, kami juga memberikan kepada para pengasuh sejumlah uang untuk mereka .... biarpun hanya itu, tapi senang melihat tawa mereka........ 8 orang pengasuh yg ada saat itu mendapat bagian. Saat itu kurasakan.... perasaan memberi lebih enak daripada menerima............

Kalau dipikir ya, anak-anak normal atau seperti kitalah yang lebih merasakan apa itu penderitaan, luka batin, kesedihan, dll perasaan yg tidak enak, karena kita sadar dan memikirkan itu semua daripada anak-anak di panti itu. Allah menciptakan kita dengan rupa-rupa bentuk, rupa-rupa wajah, rupa-rupa laku, rupa-rupa situasi dan kondisi......... agar sesungguhnya kita lebih menyadari bahwa tidak ada apa-apanya kita manusia dihadapan Tuhan. Semua yang kita punya hanyalah anugerah dariNya, tidak ada yang menjadi milik kita. Bila memang Tuhan berkenan maka apapun jadilah. Tapi bila Tuhan tidak menghendakiNya maka susah payah pun kita mengandalkan kekuatan kita, maka tidak akan jadi seperti apa maunya kita.

Tuhan ku, begitu banyak pelajaran hidup dan juga pengalaman yg Kau tunjukkan kepada ku, semoga semuanya itu menjadikan aku mampu menghayati untuk apa sesungguhnya hidupku ini, mengapa Tuhan menciptakan aku seperti ini, mengapa aku ditakdirkan dengan jalan hidup ini dan sejuta pertanyaan yg tidak akan habis bila kita bertanya tentang hidup, kehidupan dan arti hidup. Kepalaku tidak mampu mengurai makna satu persatu, yang sanggup ku mengerti adalah hidup lah dengan apa-adanya, berkarya dengan sekemampuan kita, memberi diri bagi yang benar-benar membutuhkan kehadiran ku, mencintai alam ini dan menjaganya dengan baik, bersyukur untuk apa pun yang sudah Tuhan buat dan kasih kepadaku........... selalu ada maksud untuk semua peristiwa yang kutemui setiap hari............ Tuhanku tambah-tambahlah kebijaksanaanku. Kepandaian otak bisa dipelajari, tapi kebijaksanaan hanyalah bisa dari pengalaman hidup. Semoga semua pengalaman hidup ini menjadikanku dewasa dan tangguh dalam mengarungi sisa waktuku, dan bila sampai waktuku maka aku bisa menghadapMu dengan hati berserah dan lapanglah jalanku. Amin.
(si Rinto.... yg cuma bisa main dengan bola)

Hujan mengguyur terus dari pagi sampai sore hari ini, dinginnya cuaca desa Woloan, tapi perjalanan itu terasa indah, kebersamaan kami umat wilayah rohani dengan pastor paroki juga ikut Pst. Bertje Karundeng, Pr, anak-anak, tua, muda, bapak atau ibu-ibu, ramai awalnya, singgah makan di pastoran Woloan... pinjam tempat aja, karena makanan sudah dibawa, makan bersama, foto-foto, lalu ke panti asuhan sesudahnya...melihat anak-anak itu sedih dan kasihan, tapi dengan itu aku mensyukuri nikmat dan anugerah Tuhan untuk jasmani & rohani yg sehat .........
Saat pulang, saling menyalami dengan semuanya........ termasuk dengan anak ini namanya Rinto, biarpun anak ini tidak bisa berkata-kata, tapi genggamannya yg kuat dan kukunya sempat menggores kulitku........ sepertinya ia masih ingin akan kebersamaan itu.......... mereka benar-benar butuh perhatian dan kasih sayang........... selain Rinto.... ada satu anak lain yang banyak menyita perhatianku........ namanya Ifan, penderita hydrocephalus (kepalanya besar sekali, 2 kali kepala org dewasa) , umurnya sudah 7 tahun tapi tubuhnya bagai seorang anak umur 1 tahun. Melihat Ifan inilah, air mata ku tidak bisa ditahan, tapi dengan cepat cepat ku usap, tidak ingin dilihat orang.

Hari minggu ini terasa ada kesan yang lain dan nuansa yang berbeda..... sedih, haru, prihatin, bersyukur, gembira, campur aduk deh..... nggak tau mana yg lebih dominan....... pulang rumah......biasanya kalau kemana-mana udah seharian, antar mobil sendiri, pasti bawaannya capek....... tapi hari ini berbeda aku bahagia dan capeeeeek..... nggak tuh!

1 comment:

Jtan said...

Halo Stella, saya Jeffy and I happened to see your blog. Thank you especially for sharing this post! Saya tinggal di jakarta dan recently membaca article ini http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Tokoh&id=163944
dan have been wondering panti di Tomohon ini yg Pak Endang mention in the article dimana. Bisa tolong kabari saya dan email saya ke jeffytan@gmail.com. Ada teman saya yg lagi di Tomohon dan dia sedang kunjung ke panti2 asuhan di Sulawesi Utara.. tolong kabari yah selagi teman ku berada disana. Thx :) Shalom! :)