Sunday 14 February 2010

Apakah di luar sana ada seseorang yang memang diciptakan untukku?


Adalah banyak pertanyaan kepadaku juga harapan… di aspek cinta….. Kata orang ‘apakah lagi yang ingin kau cari? Kamu oranya pemilih kah? Kurang apalagi dalam hidupmu, sudah kerja, sekolah tinggi, umur matang? Mo tunggu apalagi? Siapakah yang akan mendapatkanmu? Siapakah yang sebenarnya kamu tunggu? Adakah masalah dalam dirimu hingga sampai saat ini kamu belum menikah?
Pertanyaan-pertanyaan itu sering ditanyakan kepadaku…. Mulanya aku tersenyum, dikesempatan lain aku justru bercanda dengan jawaban-jawabanku, tapi pernah pula jengkel karena merasa, ini hidupku, kenapa juga orang lain yang pusing? Orang tuaku pun tidak pernah menanyakan hal ini kepadaku, entah mereka sungkan? Entah mereka mengerti perasaanku? Entah mereka memang ingin aku belum menikah atau bagaimana? Itu juga pernah aku pikirkan.
Hari ini Valentine Day…. Kata orang Hari Kasih Sayang… biarpun kasih sayang tidak berarti antara 2 orang yang berpacaran… tetapi kasih sayang universal…. Tetapi aku hanya ingin mengekspresikan apa yang ada dalam diri PADA SAAT INI, PADA WAKTU INI…. Mungkin di waktu yang lain bisa saja berubah seiring dengan pemikiran dan pengalaman yang baru.
Apakah orang yang kuimpikan itu benar benar ada dan jika ia memang ada, bagaimana aku mengetahuinya? Banyak teori-teori bagus yang diberikan antara lain diambil dari Traktat yang diterjemahkan dari Majalah He is Alive “50 Questions about Love & Life)….. 
 
Pertanyaan itu pernah hadir dalam pikiranku, pertanyaan itu tidak dapat dihindarkan; semakin kita mengenal seseorang, semakin kita menemukan kelebihan juga kekurangannya? Hal ini benar, dan sampai saat ini aku belum bisa mencocokkan hati dan pikiranku untuk bisa menerima seorang pria dgn semua karakternya yang dulu dulu menjalin hubungan denganku…. Karena saya menyadari bahwa komitmen yang akan kubuat adalah komitmen yang total dan pasti.
Bagaimana jika aku salah pilih? Bagaimana jika pilihanku ternyata bukan jodohku? Bagaimana jika selama ini ternyata aku dan dia hanya dibutakan oleh nafsu dan begitu kita menikah akhirnya kita menyadari bahwa kita telah berbuat suatu kesalahan? Memang seringkali imajinasi kita cenderung menciptakan sosok ideal calon pasangan kita; dia haruslah begini, tampangnya harus begini, berkelakuan seperti ini, dll dari hal-hal sepele hingga prinsipil. 
 
Disadari memang seringkali, daripada menerima dan berusaha mengenalnya lebih jauh sebagaimana dia adanya, kita berusaha menemukan sosok ideal yang telah kita ciptakan dalam pikiran kita.
Memang untuk yakin kita diciptakan satu sama lain, kita perlu meluangkan waktu untuk mengenal satu sama lain dengan baik, kita perlu saling berbagi secara mendalam dan menerima kenyataan bahwa dia berbeda dariku. Tetapi dari pengalamanku, meluangkan waktu tidak sepenuhnya, bilapun waktu yang kita habiskan begitu lama, tetapi kualitas kebersamaan itu yang kurang… pada akhirnya saya tetap merasa saya tidak tahu banyak tentangnya. Atau pengalaman lain, ia tidak mau diketahui apa pun aktifitasnya, pikiran dan pendapatnya hanya sekedar saja diungkapkan… dan saya tidak tahu apa kah bisa cocok bukan hanya dengannya tetapi keluarganya? Padahal hal ini bagiku sangat penting.

Ada baiknya dalam kebersamaan itu didiskusikan : apakah kita akan mampu saling mencintai seumur hidup kita? Apakah kita akan mampu menghadapi kesulitan-kesulitan hidup bersama-sama? Apakah kita cukup saling mencintai satu sama lain untuk bisa mengatasi kekurangan-kekurangan kita masing-masing? Bagi saya, mengenali permasalahan akan memungkinkan kita mengambil keputusan bebas ; “ya, bersama dia aku ingin melewati sisa hidupku, membangun keluarga dengannya, dan seiring sejalan bersamanya dalam hidup ini”. Sehingga pilihan untuk membuat komitmen yang total itu pasti dengan dilandasi kepercayaan penuh dan harapan.

Bila hal komitmen ditanyakan kepadaku, maka saya memang punya harapan itu, tetapi saya belum menemukan orang (laki-laki) yang saya cintai dan percaya penuh untuk menyerahkan hidupku bersamanya dalam suka duka. Ada banyak Liker dan Lover yang datang, tetapi pilihan hatiku, hanya hatiku yang tahu.

Hal lain yang penting untuk disadari adalah kebebasan untuk mengakhiri hubungan karena kita menyadari bahwa bagaimanapun, kita tidak diciptakan satu sama lain, bahwa kita tidak bisa mengatasi perbedaan-perbedaan dalam temperamen, logika, usia, budaya, ataupun tidak dapat menerima keterbatasan-keterbatasannya. Hal ini yang saya sadari akhir-akhir ini, sehingga bagaimanapun ia datang, kembali, dan bersama lagi… hubungan ups and down, tetapi toh hal yang kecil/sepele mampu memutuskan hubungan tersebut… awalnya kuanggap sepele tetapi akhirnya aku menyadari itu bukanlah masalah sepele… justru dari situ kita bisa menilai ia mencintaiku sepenuh hatinya atau ia hanya menyukai kelebihan-kelebihanku… tentu hal yang berbeda antara cinta dan suka. Saya yakin pengalaman bersama yg kata org saling mengenal, saya selalu mendapat pria yg 'banyak kelebihan', tetapi dijalani dengan dari yg saya tahu hanya fun, semi-serius, sampai yg serius, kami merasa belum cocok. Saya bersyukur , pengalaman tsb menempa banyak hal untuk lebih ‘aware’ terhadap rasa suka yg bukan cinta.
Pengalaman orang berbeda-beda, garis tangan juga berbeda-beda, ada yang bahagia dengan pernikahan, ada yang tidak ternyata, ada yang malah berpisah setelah justru bersama dalam pernikahan.... kita tidak pernah tahu.... begitupun aku tidak pernah tahu ke depan... dijalani dan disyukuri saja apa pun... kata orang cinta itu juga menyakiti, bagi saya bukan cinta yang menyakiti tetapi orang yang menyakiti cinta orang lain, mencurangi dengan ketidakjujuran dan ketidaksetiaan, dll rasa entah iri, egosentris, ambisi, nafsu, yg justru mengaburkan arti cinta itu sendiri.... that's secret of love and life!

Pilihan ini harus dapat diambil tanpa harus dipengaruhi pemikiran-pemikiran seperti; aku sangat ingin menikah, segalanya akan berjalan lancar setelah kami menikah, orangtuaku sangat menyukainya, kita sudah demikian dekat, ia idola saya, dll….. Saya tidak ingin ditekan oleh lingkungan dan suatu keharusan budaya bahwa wanita harus menikah di usia tertentu! Siapa yang akan menjalaninya, mereka atau saya? Saya yang paling tahu akan hidup, harapan, keinginan, kebutuhan dan semuanya… karena sesungguhnya keputusan Menikah atau Melajang adalah komitmen atas seluruh hidup kita. Itulah sebabnya pernikahan bukanlah akhir dari sebuah percintaan, tetapi justru awal untuk jalan pamjang dua orang hidup bersama, dimana kita menyadari bahwa aku memang diciptakan untuknya dan ia diciptakan untukku. 

Jadi, apakah diluar sana ada seseorang yang memang diciptakan untukku? Saya percaya ada, hanya saja Tuhan belum mempertemukan kita. Mungkin bahasa yg bagi orang lain klise, tetapi saya percaya “segala sesuatu akan Indah pada waktuNya”.
Tulisan ini kupersembahkan untuk pembacaku, di hari Kasih Sayang… sambil doakan bahwa Hidupku akan penuh dengan Cinta, cinta untuk Tuhan, orang tuaku, saudara-saudaraku, teman-temanku, sesamaku dan cinta lingkungan, serta cinta untuk seseorang yang spesial. Amin… Terima kasih Tuhanku untuk cintamu yang tulus, suci, dan sepenuh hati terhadapku…..
HAPPY VALENTINE!

3 comments:

Anonymous said...

Hi stella, saya kawan novi sitorus di Jerman dikota Oldenburg, saya kehilangan kontak dengan dia bisa saya minta email aktif atau hp Novi sitorus. Trims. 0818-0683-3990 atau michael_liu@gmx.de

Michael & Fonny said...

Halo Stella,

saya sedang mencari kawan lama yg kebetulan ada di list blog kamu. Novi sitorus yg kuliah S2 di oldenburg, jerman. Saya lost contact 2 tahun. Mungkin stella bisa bantu saya? Email saya di michael_liu@gmx.de atau 0818-0683-3990. Sorry Merepotkan. salam.

Stella said...

Hello Michael, ini hp nya 081356607080. Maaf baru dibalas, krn baru lihat pesanmu. Soal email, dia udah jarang email tuh, udah lama ndak aktif katanya. Semoga bisa membantu ya....