Thursday 2 October 2008

Camping di Tangkoko

Mengisi liburan kami sambil survey lokasi outbound untuk mahasiswa De La Salle Manado, Pst Revi mengajak kami ke Tangkoko, Kelurahan Batu Putih, Bitung. Di sana ada tempat camping, serta tempat penelitian dan juga bisa hanya melihat keberadaan the smallest monkey in the world, kera terkecil di dunia yaitu Tarsius spectrum (nama latin), atau Tangkasi (nama lokal). Tarsius ini adalah hewan endemic yang hanya berada di daerah Sulawesi. Oleh sebab itu banyak peneliti dari mancanegara datang melihat dan juga meneliti akan kehidupan hewan kecil ini.

Senin, 29 Sept 08 berangkat bersama dari Keuskupan udah jam 14.30, singgah beli makanan dan minumannya di Girian dan sampai di Tangkoko, tempat wisata alam itu udah jam 17.00. Biaya masuk sekarang per orang Rp. 2000 dan mobil Rp. 1500. Murah sekali. Kami yang ke sana dosennya ada Pst Revi, Stella dan Ivone Umboh, serta 12 mahasiswa pencinta alam ada Stenly, Jerry, Ombeng, Rocky, Tasya, Oliv, Angga, Revi, Opo, Lordi + adiknya, dan Enda. Wah asik juga perjalanan ke sana, jalan cukup bagus kecuali di beberapa bagian, tapi juga tidak seberapa parah, pokoknya bisa dilewati dengan mudah. Cerita-cerita mengalir terus, penuh canda dan tawa........ kalau seperti ini sih awet muda deh :-) ....

Di Tangkoko, tempat yang kami pilih bukanlah di camping ground-nya yang memang disediakan bagi pengunjung, tapi lebih prefer untuk camping, buka tenda di tepi pantai, suasananya itu loh ....... 3 tenda tempat tidur dan 1 tenda tempat kumpul dan makan di situ. Pokoknya OK deh, salah satu mahasiswa malah nyeletuk,’ wah kalau gini sih camping seminggu juga mau’ he...he......

Setelah membuka tenda, acara selanjutnya apalagi kalau bukan makan malam, udah sekitar jam 8 malam waktu itu. Bagi aku pribadi bukan soal makanan atau minumannya sesederhana apa pun itu, aku lebih menikmati kebersamaan dan canda tawanya.... pikiran langsung fresh deh. Apalagi kalau aku senang dengan orang-orang yang bersama denganku, tidak jaim, selalu punya cerita lucu, gaya-gaya mereka juga lucu, tapi pengetahuan mereka tidak malu-maluin sebagai mahasiswa. Aku pribadi merasa dapat belajar dengan apa yg mereka sampaikan, karena memang mereka lebih tahu dan ada pengalaman ke sana sebelumnya. Anak-anak itu juga menyampaikan dengan baik, bukan menggurui, tapi memberitahu. Aku justru respect dengan orang-orang yang bisa menempatkan diri dan membawa diri dengan siapapun dan kondisi apapun.

My Expression :
Menghadapi mahasiswa, saya lebih prefer untuk berteman dengan mereka. Biarpun ada waktunya bersikap tegas bila mereka justru tidak bisa menempatkan diri sebagai seorang mahasiswa yg baik, kapan kita bisa berlaku sebagai dosen mereka dan kapan justru jadi teman mereka. Soal pengetahuan itu hanya soal waktu, karena Stella lahir lebih dulu, mungkin juga lebih dulu belajar, tapi soal ’attitude’ dan ’karakter’ orang, lain lagi. Dosen sepandai apa pun akan gagal di muka mahasiswanya jika ia tidak mampu memahami mahasiswanya. Otak boleh brilian, tapi sikap harus bersahaja, karena pengalaman di masyarakat pun akan lebih menghargai sikap yang rendah hati. Percaya diri harus dan sikap percaya diri sangat berbeda jauh dengan sikap sombong, begitu juga kata-kata yang keluar. Iya kan?? Sayang, saya temui itu di lingkunganku,........ hanya S1 lagi, baru lulus, belum ada pengalaman kerja juga, tapi gayanya itu loh kayak yang udah tahu banyak, agak sombong, dan .......... kasihan sekali...... justru memprihatinkanku, akhirnya kan memang tidak di respect oleh mahasiswanya??

Camping di Tangkoko, mengasikkan sekali biarpun ada juga yang kurang bisa kunikmati, karena pikiranku sudah tidak suka sebelumnya yaitu takut dengan binatang melata yang berjenis ular (semua jenis ular, termasuk orang yg punya sikap kayak ular ha..ha...) dan juga sebel kalau dipaksakan jalan jauh dan naik gunung. Entah mengapa ya.... dari sononya kali, aku ndak bisa menikmati yg namanya kegiatan naik gunung. He..he..... sorry deh kalau banyak mengeluhnya saat itu. Aku paling senang suasana pantai, kebun, sawah, sungai, selain juga suka akan kehidupan modern yg mempermudah hidup. Living in a modern way with green and nature environments.

Tapi yang sangat ku nikmati acara camping di Tangkoko sih banyak, antara lain makan bersama kami, tidur di tenda yg baru (thanks to Fr. Revi, provided it for us), duduk santai sambil cerita-cerita di tepi pantai. Sayang sih waktu itu bulan mati, coba kalau itu bulan purnama pasti suasananya lebih romantis dan aku suka sekali jalan menyusur pantai, sayang tidak ku lakukan, saking asyik cerita, tukar pikiran dengan Father Revi dan Ivone temanku, dengar curhat-nya Ivone juga (it means you trust me for it). Lalu esoknya, bisa melihat si monyet kecil itu, Tarsius, di pohonnya masih jam 5.30 pagi, jagawananya, they were so welcome, foto-foto (kudu dan harus tuh), kapan lagi mau kesana, jd harus ada fotonya dong?, lalu buat sarapan untuk semua yg praktis aja supermie, ada roti juga, keriangan adik-adik mahasiswa menghabiskan waktu di Tangkoko, lalu perjalanan pulang Tangkoko-Manado ada satu topik dan pernyataannya yang meninggalkan tanya tapi juga membuat aku terharu. Soal foto-foto, di setiap moment/kegiatan aku selalu punya beberapa foto favorit. Gitu juga kegiatan camping kali ini. Oya, perjalanan berakhir lagi di keuskupan Manado keesokan harinya, sekitar jam 1 siang bubar pulang ke rumah masing-masing.

Sebenarnya masih ada lagi apresiasiku dan rasa senangku dengan momen-momen kebersamaan kami mengisi liburan, tapi tidak ingin ku-share di blog ku ini, karena rasanya mengurangi arti dan makna yg terekam di ingatan, ada di pikiran dan menetap di hati.

Thank U, God for the moments, thanks to Fr. Revi for all your kindness to us, your serve, and willing to provide many things to us, thanks to my friend Ivone, thanks for my students, I am happy with you guys, nice companion, fun to spend time with, and also nice attitude. I am glad to recognize you all. GBU

No comments: