St. Fransiskus dan Gua Natal

oleh: Romo William Saunders *


Cerita tentang asal mula gua Natal berawal dari kisah seorang yang sangat kudus, St. Fransiskus dari Asisi.
Pada  tahun 1223, St. Fransiskus - seorang diakon - mengunjungi kota Grecio  untuk merayakan Natal. Grecio adalah sebuah kota kecil di lereng gunung  dengan lembah yang indah terhampar di hadapannya. Masyarakat sekitar  menanami daerah yang subur itu dengan pohon-pohon anggur. St. Fransiskus  menyadari bahwa Kapel Pertapaan Fransiskan akan terlalu kecil untuk  dapat menampung umat yang akan hadir pada Misa Natal tengah malam. Jadi,  ia mendapatkan sebuah gua di bukit karang dekat alun-alun kota dan  mendirikan altar di sana. Tetapi, Misa Natal kali ini akan sangat  istimewa, tidak seperti Misa-misa Natal sebelumnya.
St. Bonaventura (wafat tahun 1274) dalam bukunya “Riwayat St. Fransiskus dari Asisi” menceritakannya dengan sangat baik:
“Hal  itu terjadi tiga tahun sebelum wafatnya. Guna membangkitkan gairah  penduduk Grecio dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus dengan devosi  yang mendalam, St. Fransiskus memutuskan untuk merayakan Natal dengan  sekhidmat mungkin. Agar tidak didakwa merayakan Natal dengan tidak  sepatutnya, ia minta dan memperoleh ijin dari Bapa Uskup. Kemudian St.  Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga  menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah  ditentukannya. Para biarawan berkumpul, penduduk berhimpun, alam  dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu dimeriahkan dengan  cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. St. Fransiskus  berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan  bercucuran air mata dan berseri-seri penuh sukacita; Kitab Suci  dikidungkan oleh Fransiskus, Utusan Tuhan. Kemudian ia menyampaikan  khotbah kepada umat di sekeliling tempat kelahiran sang Raja miskin; tak  sanggup menyebutkan nama-Nya oleh karena kelembutan kasih-Nya, ia  menyebut-Nya sang Bayi dari Betlehem. Seorang prajurit yang gagah berani  lagi saleh, Yohanes dari Grecio, yang karena kasihnya kepada Kristus  telah meninggalkan kemapanan dunia ini dan menjadi sahabat orang kudus  kita, menegaskan bahwa ia melihat Bayi yang sungguh menawan luar biasa,  sedang tidur dalam palungan. Dengan sangat hati-hati, St. Fransiskus  menggendong-Nya dalam pelukannya, seolah-olah takut membangunkan sang  Bayi dari tidur-Nya. Penglihatan prajurit yang saleh ini dapat  dipercaya, tidak saja karena kesalehan ia yang melihatnya, tetapi juga  karena mukjizat-mukjizat yang terjadi sesudahnya meneguhkan kebenaran  itu. Sebagai contoh St. Fransiskus, jika dianggap oleh dunia cukup  meyakinkan, dapat menggairahkan segenap hati yang tak peduli akan iman  kepada Kristus, dan jerami dari palungan, yang disimpan oleh penduduk,  secara ajaib menyembuhkan segala macam penyakit ternak, dan juga  wabah-wabah lainnya. Dengan demikian, Tuhan dalam segala hal memuliakan  hamba-Nya dan meneguhkan kemanjuran doa-doa kudusnya yang luar biasa  dengan mengadakan keajaiban-keajaiban serta mukjizat-mukjizat.”
Meskipun  kisah di atas cukup kuno, pesannya bagi kita jelas. Gua Natal yang kita  tempatkan di bawah pohon Natal merupakan tanda pengingat yang kelihatan  akan malam itu ketika Juruselamat kita dilahirkan. Semoga kita  senantiasa ingat untuk melihat dalam hati kita, sang Bayi mungil dari  Betlehem yang datang untuk membebaskan kita dari dosa. Semoga kita  senantiasa ingat bahwa kayu palungan yang membuai-Nya dengan nyaman dan  aman, suatu hari kelak akan menyediakan kayu salib bagi-Nya. Semoga kita  juga senantiasa memeluk Dia dengan segala cinta dan kasih sayang  seperti yang dilakukan St. Fransiskus. Kepada segenap pembaca, saya  mengucapkan Selamat Hari Natal yang kudus.    
* Fr. Saunders is president of Notre Dame Institute and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.

sumber : “Straight Answers from Fr. William Saunders: St. Francis and the Christmas Creche”; Copyright (c) 1996 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved.

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
 
