Upacara Ngaben di Bali
(yang kuikuti sehubungan dengan meninggalnya pamanku Tjokorda Bagus Raka)
Jenazah dimandikan oleh saudara dan anak-anaknya |
Jenazah terbaring setelah dimandikan, di tengah Puri |
padma tempat jenasah, 9 tingkat tingginya |
diarak sepanjang jln Ubud |
Dalam Hindu diyakini bahwa Dewa Brahma disamping sbg dewa pencipta juga adalah dewa api. Jadi ngaben adalah proses penyucian roh dgn menggunakan sarana api sehingga bisa kembali ke sang pencipta yaitu Brahma. Api yg digunakan adalah api konkrit untuk membakar jenazah, dan api abstrak berupa mantra pendeta utk mem-pralina yaitu membakar kekotoran yg melekat pada atma/roh. Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi. Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan besar, hal ini sering dilakukan begitu lama setelah kematian. Kalau untuk orang biasa (atau belum punya biaya), mayat dikubur dulu, baru setelah beberapa orang meninggal di daerah itu, dikumpul untuk Ngaben bersama-sama (maksudnya jg mengurangi biaya). Untunglah keluarga Om Bagus, memang harus diakui adalah turunan Raja di Ubud, punya uang, anak-anaknya jg 5 orang, saling patungan untuk biaya prosesi ini dari kematian tgl 5 Okt 2010 sampai dibilang oleh Pendeta tgl 12 Okt 2010 adalah Hari Baik untuk kremasinya. Jadi di Puri Anyar Ubud (rumah mereka), acara selama 7 hari 6 malam. Orang-orang desa, masyarakatnya (disebut Banjar) datang silih berganti masuk Puri, untuk membantu apa saja yg bisa dibuat/dibantu, seperti tatakan sesajen, rangkaian bunga, tempat mayat, dekorasi rumah, dll… jadi keluarga menanggung biaya semuanya, termasuk makan orang-orang yang datang siang dan malam…….. waduhhh memang sudah seperti itu adatnya… dan memakan biaya yg tidak kecil.
Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan kalender yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan "bade dan lembu" terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan. Om Tjokorda Bagus Raka, memiliki golongan tinggi di masyarakat, padmanya aja sampai 9 tingkat dibuat.
patung lembu (msh kosong dalamnya), yg jg diarak ke lapangan Ubud |
Banyak tahap yg dilakukan dalam ngaben. Dimulai dari memandikan jenazah, ngajum, pembakaran dan nyekah. Setiap tahap ini memakai sarana banten (sesajen) yg berbeda-beda. Ketika ada yg meninggal, keluarganya akan menghadap ke pendeta utk menanyakan kapan ada hari baik utk melaksanakan ngaben. Biasanya akan diberikan waktu yg tidak lebih dari 7 hari sejak hari meninggalnya.
Syukurlah Hari Baik Om Bagus pas setelah 7 hari meninggalnya. Setelah didapat hari H (pembakaran jenazah), maka pihak keluarga menyiapkan ritual pertama yaitu nyiramin layon (memandikan jenazah). Jenazah akan dimandikan oleh kalangan brahmana sbg kelompok yg karena status sosialnya mempunyai kewajiban untuk itu, setelah itu keluarga terutama oleh anak-anaknya (ada 5 orang). Selesai memandikan, jenazah dikenakan pakaian adat Bali lengkap. Selanjutnya adalah prosesi ngajum, yaitu prosesi melepaskan roh dengan membuat simbol2 menggunakan kain bergambar unsur2 penyucian roh.
abu yang akan dilarung ke pantai Sanur |
Di lapangan Ubud (yang juga tempat hanya boleh dikremasi para turunan Raja), kembali dilakukan upacara penyucian roh berupa pralina oleh pendeta atau orang yg dianggap mampu untuk itu (harus dari clan brahmana). Pralina adalah pembakaran dgn api abstrak berupa mantra peleburan kekotoran atma yg melekat ditubuh. Kemudian baru dilakukan pembakaran dgn menggunakan api kongkrit. Jaman sekarang sudah tidak menggunakan kayu bakar lagi, tapi memakai api dari kompor minyak tanah yg menggunakan angin.
Umumnya proses pembakaran dari jenazah yg utuh menjadi abu memerlukan waktu 1 jam. Abu ini kemudian dikumpulkan dalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi sekah. Sekah ini yg dilarung ke laut, karena laut adalah simbol dari alam semesta dan sekaligus pintu menuju ke rumah Tuhan. Demikian secara singkat rangkaian prosesi ngaben di Bali.
Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. Secara umum, orang Bali merasakan bahwa roh yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di dalam lingkaran keluarga yang ada hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati bagi orang Bali adalah karena hubungannya dengan leluhurnya. Setiap orang tahu bahwa di satu saat nanti dia akan menjadi leluhur juga, yang di dalam perjalannya di dunia lain harus dipercepat dan mendapatkan perhatian cukup bila sewaktu-waktu nanti kembali menjelma ke Pulau yang dicintainya, Pulau Bali.
(Sumber : www.badungkab.go.id, baliguide.biz, id.wikipedia.org) dan pengalamanku selama di Bali.
No comments:
Post a Comment