Monday 7 January 2008

Mengantar Pst. Agus ke tempat tugasnya yang baru

Perjalanan ke Gorontalo

Pada waktu aku diberitahu oleh mantan bosku, Pst Agus Mangundap bahwa ia akan dipindah mendapat tugas baru di Provinsi Gorontalo sebagai Pastor Paroki St. Christoforus Gorontalo, aku berniat untuk ikut mengantar beliau ke sana karena juga aku belum pernah ke Gorontalo….. pingin dong melihat suasana kotanya.

Sabtu, 5 Jan 2008, 3 mobil rombongan dari Wisma Keuskupan berangkat jam 8 pagi menuju Gorontalo. Yang mengantar beliau, selain Stella :
1. Pst. Piet Tinangon (Vikaris Jenderal Keuskupan)
2. Pst Revi Tanod (Prokur/Bendahara Keuskupan, Ketua Yayasan De La Salle)
3. Pst. Sefry Topit (Sekretaris Pribadi Uskup)
4. Amelia (staf di Keuskupan)
5. Didi Imbar (staf di Radio Montini)
6. Ichad Mangundap (Kemenakan Pst Agus)
7. Robby Mangundap (Kemenakan Pst Agus)
8. Nana Mangundap (Kemenakan Pst. Agus)
9. Mukti Talib (Staf di Yayasan De La Salle)
10. Michael Paendong (Staf di Yayasan De La Salle)
11. Corneles Mangundap (staf di Keuskupan)

Juga ternyata ada 15 orang saudara Pst Agus dari Warembungan yang datang ke Gorontalo untuk ketemu dengan Pst Agus, memberikan perhatian agar beliau tidak merasa sendiri..... Stella mengenal mereka semua karena 4 tahun Stella menjadi Sekretaris-nya pada waktu Pst Agus masih menjadi Ketua Yayasan De La Salle (dari Agustus 2003 – Agustus 2007), banyak cerita, banyak pengalaman, banyak pelajaran hidup, banyak kenal saudara-saudaranya, banyak tawa, tapi juga ada rasa sedih apalagi soal pekerjaan….

Sedikit mengekpresikan apa yang ku tahu dari sosok Pst. Agus :
Sifat cepat marah-nya itu kadangkala kesalahan orang lain, tapi stella yang ada selalu di sekitarnya di kantor, pasti duluan kena marahnya. Ada marahnya yang bisa ditolerir artinya sudahlah beliau sudah tua, dimaklumi saja.... tapi ada yang sempat membuat aku tidak bisa menerima, tapi untuk memberitahu keadaan yang sebenarnya tidak bisa karena kalau mau menjelaskan hal tersebut, aku sudah terlanjur sakit hati, Stella tidak ingin mengeluarkan air mata di depan orang, apalagi di depan bos... akhirnya pelampiasannya... nangis sendiri di toilet.... yg penting beliau dan teman-teman kantor tidak lihat. Yang kuingat selama 4 tahun jadi sekretarisnya, 2 kali air mata ku jatuh soal kantor/yayasan/unika. Tapi beliau tidak tahu, dan kupikir dia tidak perlu tahu.

Yang sangat berkesan di hati ku adalah kepercayaan yang dia tanamkan dari awal aku kerja di Yayasan De La Salle mendampingi beliau. Waktu itu sempat ku katakan kepada beliau : ”Stella baru masuk kerja langsung jadi Sekretaris yang artinya banyak tahu keputusan dan surat-surat penting, dimana orang lain atau pegawai lain tidak tahu, padahal dari awal Stella melamar di De La Salle yaitu menjadi Dosen. Terima kasih untuk itu, tapi rekan-rekan kerja suka iri dan mungkin sangat memperhatikan untuk melihat celah/kesalahan sehingga tidak pantas menjadi sekretaris Ketua Yayasan”. Keraguan dan curhat yg sempat kuceritakan kepada beliau. Tapi jawabannya sungguh melegakan hatiku, ”orang yang sudah kupilih untuk jadi sekretarisku, itu artinya orang yang saya percayai, saya tidak minta banyak hal lain... pekerjaan bisa dipelajari dan akan jadi tahu dengan sendirinya.... tetapi orang yang kulihat jujur, bisa dipercaya dan smart, itulah yang kubutuhkan saat ini”. Kata-kata Pst Agus itu membuat Stella senang jadi sekretarisnya, bekerjasama dengan beliau dan mendengar semua keluhan beliau entah itu urusan kantor, entah urusan pribadi dan keluarganya. Kepercayaan itu bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga soal keuangan pribadinya, krn beliau membiayai saudaranya sekolah, atau membantu sedikit bila ada keluarganya yg memerlukan..... ada uang yg ia titipkan ke Stella untuk disimpan dan bila ada yg perlu, nanti ditelpon dan mereka datang mengambil uang tersebut di Stella. Begitu juga dengan soal surat dan email, selain urusan kantor, juga aku dipercaya membuka email dan surat pribadi yang kebetulan datang di kantor. Stella tahu untuk urusan surat dan email kantor, pasti aku bisa membuka dan atas persetujuannya membalaskan sesuai dengan keputusan beliau. Sedangkan untuk surat pribadi yang datang, tidak pernah aku mau membukanya, hanya diberitahukan ke pastor bahwa ada surat, pasti jawabannya buka saja lihat apa isinya. Hal-hal kecil, tapi bagi aku itu soal kepercayaan. Tidak mudah orang bisa percaya seseorang kalau kita tidak menunjukkan sebagai orang yang bisa dipercaya. Pengalaman lain, Beliau suka nongkrong makan/minum dan kongkow-kongkow di rumah makan dengan saudara-saudaranya atau dengan rekan-rekan kerjaku, kadangkala ia yang membayar semua makanan, pasti dompetnya akan diserahkan ke Stella untuk tolong dibayarkan...... menurut orang tua-tua, dompet bagi laki-laki adalah pride-nya, bila ada orang yg dia kasih untuk melihat isi dompetnya, itu artinya dia percaya ke orang tersebut.
Pst Agus pernah bilang ke aku, bila kamu pacaran dan cowok kamu kasih lihat dompetnya itu artinya dia serius denganmu. Ha..ha... saya hanya tanggapi biasa saja saat itu. Banyak pengalaman lain yang tidak bisa diceritakan di sini, tapi intinya bahwa semua yang kualami, sehubungan dengan pribadi Pst Agus sebagai bosku dulu, sebagai sosok Pastor dan sebagai pribadi.... aku merasa bisa klik dan enjoy kerja dengan beliau...... sosok pastor tua (sudah 38 tahun menjadi Pastor), tapi masih bersemangat, punya visi dan misi jelas serta murah hati. Bila hanya kenal luarnya, beliau sepertinya orang yg tidak ramah, cepat marah dan tidak pedulian, apalagi kalau belum kenal orang, tapi sesungguhnya beliau sangat baik, jiwa sosialnya tinggi dan murah hati, tapi punya hati yang sensitif juga.

Stella yakin bahwa penempatannya yang baru di Provinsi Gorontalo, memegang jabatan Pastor Paroki Kepala di sana, pasti umat katolik disana akan semakin berkembang dan jadi lebih baik. Pasti beliau juga dengan pengalamannya di dunia pendidikan, akan punya misi untuk mengembangkan sekolah Katolik di sana. Yang sempat terucap dari beliau, di sana tidak ada Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik, maka ia bertekat untuk bisa membuka SMA Katolik di sana. Link ini bisa disambung dengan Unika De La Salle, agar lulusan SMA disana setidaknya akan banyak yg masuk Unika De La Salle Manado, universitas yang juga beliau upayakan dari awal berdiri.

Oya perjalanan ke Gorontalo, memakan waktu 9 jam.... ada juga kejadian lucu saat mobil kami pakai acara ban kempis... akhirnya harus diperbaiki dan kemudian cari lagi tempat untuk tambal ban yang ternyata bocor itu. Kami tidak mau resiko bahwa kalau sampai ada ban lagi yang kempis, artinya sudah tidak ada ban penggantinyanya dong...
Di sekitar pertengahan Manado-Gorontalo daerah Samtumbolang, kami semua kumpul untuk makan siang sambil foto-foto dong.... Setelah itu melanjutkan perjalanan. Thank God tidak ada masalah lagi sampai di Gorontalo udah jam 5 sore. Penyambutan umat di sana sangat ramah, makan malam bersama pimpinan dewan gereja di sana. Mereka membawa kami di Restauran Meranti, kelihatannya itu restauran terbesar di Kota Gorontalo.

Minggu, 6 Jan 2008 jam 8 pagi Misa Kudus, disamping misa minggu juga ada acara Serah Terima Pastor Paroki Kepala dari Pst Didi Andries ke Pst. Agus Mangundap, disaksikan oleh Pst Piet Tinangon (sebagai Vikjen Keuskupan), Pst. Revi, Pst. Sefry, Frater Diakon, pimpinan Dewan dan umat yang mengikuti Misa.
Setelah Misa, aku mengira akan langsung ada acara dengan umat, tapi ternyata nanti pada Jam 7 malam.
Siang itu, untuk makan siang kami dijamu ke Restauran Esther, tempatnya di dekat pantai yang ada pelabuhan laut. Setelah makan, kembali ke pastoran, sudah siap-siap untuk pulang kembali ke Manado. Artinya kami rombongan yang dari Manado sudah tidak lagi mengikuti acara umat di sana sehubungan dengan kedatangan Pastor Paroki yang baru.
Sebenarnya sih aku masih ingin melihat acara yang dibuat oleh umat, tapi karena semua sudah harus pulang karena punya tugas masing-masing yang menanti, akhirnya aku juga mesti ikut pulang.... selain itu memang kondisiku lagi ndak fit, makanya belum ingin jalan jauh, tapi di kuat-kuatin aja...... untunglah selama di mobil dalam perjalanan pulang, aku sengaja pilih tempat di belakang sendiri sehingga bisa duduk atau berbaring pakai jok dengan bebas.
Berangkat dari Gorontalo jam 6 sore, sampai di Manado udah jam 4 pagi, dengan beberapa kali berhenti untuk makan, dll. Thank God, tidak terjadi apa-apa, kami bisa tiba dengan selamat sampai di rumah masing-masing, padahal saat di perjalanan hujan terus dan jalanan licin.

Bila suatu hari aku bisa ke sana lagi, yang ingin kuingat bahwa letak Pastoran Katolik St. Christoforus tempat Pst Agus tinggal sekarang, letaknya di daerah elit untuk Kota Gorontalo. Di sebelah kiri Pastoran adalah Rumah Dinas Walikota, di depan Pastoran ada Hotel Quality. Tempat pastoran sangat dekat dengan daerah perdagangan, banyak toko-toko dan supermaket.

My pray :
”Tuhanku, jaga Pst Agus, berikanlah kesehatan tetap, sertai ia dalam tugas dan pelayanannya di sana. Semoga ia dapat memimpin paroki itu dengan sebaik-baiknya, semoga ia sungguh menjadi Gembala Mu untuk membangkitkan yang lesu, meluruskan yang bengkok, mengembalikan yang sesat, dan mendamaikan umat. Untuk diriku, Terima kasih Tuhanku, apapun itu, pengalaman dan kebaikan hati yang kuterima dari Pst Agus serta dari siapapun, semoga mengajarkan aku untuk menjadi orang yang lebih baik dan semoga juga hidupku bisa jadi berkat bagi sesamaku. Amin”