Monday 29 November 2010

My lessons

My lessons in a few months (along this year) :
Ketika kerjaku tak dihargai orang, disitu aku belajar KETULUSAN.
Ketika usahaku dinilai tidak penting, disitu aku belajar KEIKHLASAN.
Ketika hatiku terluka, disitu aku belajar MEMAAFKAN.
Ketika aku lelah dan kecewa, disitu aku belajar KESUNGGUHAN.
Ketika aku merasa sendiri/sepi, disitu aku belajar KETANGGUHAN.
Ketika aku harus membayar biaya yang sebenarnya tak perlu kutanggung, disitulah aku belajar KEMURAHAN HATI.

Oh Tuhan susah sekali belajar tulus, ikhlas, maaf dan minta maaf, kesungguhan, ketangguhan dan kemurahan hati. Di balik semua itu harus ada pengendalian diri dan juga kebesaran hati menerima keadaanku dan keadaan serta karakter orang di sekelilingku……………..
Pray for today :
Tuhanku, aku tidak meminta kemudahan kepadaMu, tapi berikanlah aku KEKUATAN untuk semua masalahku kini dan nanti. amin

Friday 19 November 2010

Kisah Sang Putri


Bersyukur dan berbesar hati membuat Putri tidak takut dipecat, tidak takut kehilangan rejeki walaupun si Boss sentiment dan merasa berkuasa penuh dan berlaku sombong.
(Sebuah Adaptasi dari Kisah nyata, Nama-nama dan alur cerita sudah diganti untuk menjaga privasi tokoh asli)

Si Putri (bukan nama sebenarnya) seorang Guru biasa, status sebagai staf kadang dipandang enteng oleh beberapa oknum Perusahaan Bimbel tempatnya mengajar.

Si Putri masih bujangan, hidup cukup baik, dengan banyak sekali teman karena ia memang senang bergaul, sehingga Putri cukup dikenal di tempatnya bekerja. Beberapa masalah dalam pekerjaannya, ia selalu dapat menyelesaikan dengan baik, karena di dalam otaknya selalu saja ‘terselip’ pemikiran bahwa inilah pilihan hidupku dan pilihan hidup yang merupakan anugerah yang Tuhan sudah takdirkan. Ia berkawan baik dengan pria maupun wanita di perusahaan bimbel itu (ada Dolly, Gerung, Nessa, Roki, Asep, Rossa, dll), kadangkala mereka sepulang kantor pergi nongkrong untuk makan malam bersama, dan cerita-cerita yang mengalir apa adanya. Putri banyak tahu keadaan, harapan dan apa yg mereka lakukan, karena cerita-cerita bersama tsb. Demikian juga ‘curhat’ baik pribadi, keadaan keluarga maupun soal pekerjaan mereka. Putri memang banyak menjadi tempat curhat karena memang orangnya menarik dan dapat dipercaya. Oleh sebab itulah ia dipercaya oleh atasan-atasannya, dan pernah dipercaya mendampingi mereka sebagai asisten biarpun hanya juru ketik.

Masa berganti, waktu bergulir. Salah satu temannya yang baik dipercaya menjadi salah satu pimpinan di perusahaaan, pimpinan kolektif dengan bos besar, penentunya. Tentu saja Putri bersyukur, karena dari awal ia juga men-suport agar berani mengambil tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan atasan, karena temannya merasa kurang PD dikarenakan banyak hal. Akhirnya toh ia menerimanya, biarpun sepertinya boneka pajangan awalnya.

Hanya dalam jangka waktu beberapa bulan semuanya berubah 180 derajat. Putri justru banyak mengalami ‘masalah’ dengan teman-temannya (yang masih dianggap temannya). Biarpun Putri memang menyadari dengan penuh, sebagai pimpinan mereka sudah bukan sama seperti dulu lagi dlm hal pekerjaan dan tanggungjawab.
Putri benar-benar kaget ketika duduk santai dan gembira di bus antar kota,  tiba tiba handphonenya berdering saat Bus menjelang masuk Tol, “Putri, dimana? Ini murid-murid sudah menunggu, saya nggak enak ini sama murid” Kata Dolly, yang berjabatan Manager.
“ waduh saya lupa…, saya sedang di Bus mau ke keluar kota pak, saya benar benar lupa, karena semua tempat saya mengajar libur, sampai membuat saya lupa kalau di tempat ibu tidak libur,” Jawab Putri. “WADUH GIMANA SIH KAMU, saya kan tidak enak sama murid-murid, kamu melalaikan tugas-tugasmu, tidak hadir, banyak terlambat, senin kamu menghadap saya” Kata Ibu Dolly mengulang kekesalannya, sambil berteriak histeris karena marahnya. Ok Bu, saya akan datang menghadap.  “Iya maaf” jawab Putri yang mendengar suara gagang telepon ditutup dengan keras seperti dibanting.
Bunyi gagang telepon dibanting membuat Putri tak enak hati dan mengirim sms : “maaf bu, mhn maklum, bertahun-tahun saya mengajar baru sekali ini saya benar-benar jadi begini, biasanya juga saya hadir 30 menit sampai satu jam sebelum kelas dimulai, maaf bu”. Sms itu tidak dibalas Bu Dolly.

Dalam perjalanan di bis situ, Putri jadi teringat ketika itu Perusahaan Bimbel juga melakukan kesalahan dengan Meliburkan diri tetapi Ibu Dolly Alpa (lupa) memberitahu Putri dan murid-muridnya sehingga muridnya duduk melongo menunggu Rolling Door di buka, dan setelah Putri menelepon menanyakan kenapa TuTUp, ternyata mendapat jawaban Libur, karena para Pimpinan dan Karyawan Perusahaan lain  sedang senang-senang darma wisata. Saat itu Putri memaafkan dengan sabar tanpa rasa kesal seperti kesalnya Bu Dolly dengan Lupanya Putri dalam tugas. Sungguh tidak adil.
Di sepanjang perjalanan, Bus melaju cepat menyusuri jalan tol, sambil memandang Jalan yang lurus, Putri duduk di dekat pak Supir, Putri merasa sedih hanya karena Lupa, sebagai sifat alami manusia tetapi, karena Bu Dolly itu pimpinan/manager cabang berhak marah dan kesal seolah menolak permintaan maafnya, tetapi sebaliknya Putri tidak marah  (atau tidak bisa marah?), benar-benar tulus memaaafkannya yang juga pernah Lupa dan mengecewakan Putri dan Murid-murinya yang kecewa menunggu rolling door dibuka sambil melongo di emperan Ruko tempat bimbingan belajar itu berada. Dan masih banyak hal tidak profesional yang dibuat dengan beralasan pada sistem, tetapi para staf dan honorer, orang-orang 'kecil' dan level rendahan hanya bisa pasrah, menerima nasib dan dilarang keras bersuara. :(

Sejak peristiwa “LUPA” itu, Bu Dolly tidak pernah memberi jadwal mengajar baru, walaupun sudah sebulan dua bulan Putri menanyakannya, Saat itu kantong Putri menipis untuk membayar uang Kost. Putri merasa Bu Dolly memecatnya secara sepihak, begitulah nasib Guru Honor bila bertemu sosok Mr/Mrs Arrogan seperti Bu Dolly, bila Mr/Mrs Arrogan kepepet butuh guru, maka Mr/Mrs Arrogan akan kembali meminta tolong Putri,, tetapi begitu semuanya beres sang Mr arrogan akan Memecat seenaknya, merekrut seenaknya. Pandang enteng dan ignored, Tata tertib dalam administrasinya sebenarnya tidak beres. Yang diuntungkan hanya segelintir teman-temannya sekarang, yang 'pernah' menolongnya untuk mendapatkan posisi sekarang dan menerima 'kesejahteraan' lebih dengan system baru yg dibuat perusahaan.

Senin, si Putri menghadap bos arrogan tersebut, ternyata tunjangannya dikurangi karena selama ini dianggap dan dinilai, tidak melakukan tugas dengan benar. Hancur hati Putri, bukan karena jumlah uang yang akan dikurangi, tetapi semua hal berseliweran di hati dan pikirannya, kenapa karena ia membangkang sekali saja, karena ia 'mengkritik' kebijakannya, kelakuannya, karena masa-masa itu tidak dalam kondisi fit dan pikiran ‘lupa’, tetapi kok langsung mendapat ‘Punisment”… dimana di depan mata, dalam perusahaan tersebut, begitu banyak para bos, yang tidak kelihatan selama berbulan-bulan, atau datang seminggu, menghilang 3 minggu, tidak jelas kerja dan kontribusinya, ada juga yang datang pagi sekali, atau jam makan siang, atau jam tutup kantor (dimaklumi katanya, karena ia bekerja di instansi lain, tugas pokoknya ada di sana), ada juga yang pulang pergi seenaknya, kontraknya paruh waktu, tetapi sejam aja di tempat ngajar, lalu pergi lagi. Mengapa mereka tidak ‘ditindaki’ ditegur dan mendapat pengurangan seperti yang dialami Putri. Sungguh, apakah karena Putri hanya seorang guru biasa, staf biasa, sehingga ‘berani’ dipanggil dan ditegur, serta menerima ‘punisment’ untuk tugas yang tidak dilakukan? Sementara yang lebih besar kesalahannya, berdalih para bos dan tidak diperlakukan demikian. Berdalih level yang tidak sama, yah jelas tidak sama perlakuan???!!!
Dimana keadilan itu? Dimana ‘rasa pertemanan’ itu? Dimana hatinya dan mereka, hai para bos yang terhormat?!!!

Akhirnya dengan berbesar hati, Putri menerima semua konsekuensinya, tanpa harus melihat keberadaan orang lain. Putri berusaha, mampu menjalani tugas-tugas yang ‘masih’ ada dengan segala kemampuan dan kerelaannya, karena hanya itu yang bisa membuatnya ‘happy’ bila berangkat ke tempat tugas.

Putri lebih bersyukur dan terus berdoa agar Allah mengganti rezeki bimbel yang hilang, dan ternyata Allah maha kaya, maha mendengar doa hambanya yang terzhalimi. Putri mendapat job menterjemahkan dokumen sebanyak 20 halaman dari kerabat dekatnya. Putri tidak memasang tarif, setelah seminggu, terjemahannya selesai Putri mengira hanya dibayar sedikit, ternyata Uang dalam Amplop itu sebanyak 1 juta, Terima kasih Tuhan untuk mengganti tunjangan bimbel 450 rb yang dikurangi pimpinan yang arogan tersebut.

Tuhan memang maha mengetahui semuanya, seiring berjalannya waktu, semuanya akan diperjelas dengan kapasitas masing-masing, Tuhan akan memberi rejeki yang halal, tanpa harus memakan rejeki orang lain, tanpa harus menerima rejeki yang bukan haknya, tanpa harus merasa kekurangan. Tuhan mengerti dan tahu, dan akan selalu menjaga Putri, itu sesuatu kekuatan yang selalu muncul dalam dirinya… kopi yang Tuhan seduh untuknya manis, tanpa harus merasa ‘kecil’ karena cangkir yang dipakaikan orang terhadapnya. Putri belajar dari pengalaman, dan itu ia terima sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Justru disinilah matanya jelas terbuka, hatinya jelas berkata: "cast away them, wrath with benevolen".
Kesedihan hanya sementara, tetapi kebahagiaan sejati ke depan akan lebih indah untukmu, Putri.