Sunday 31 January 2010

Kasihan yang Menghancurkan

Di negeri Cina pada jaman pemerintahan Kaisar Hu Wei yg terkenal baik hati itu…. dengan Negara yang cukup makmur dan berdamai di bawah kepemimpinannya. Suatu hari ia memanggil penasehatnya yang bernama Bu Pi datang ke istana. Ternyata beliau gelisah akan banyaknya persoalan tetapi beliau tidak mau dan tidak enak hati mengambil keputusan karena rasa kasihan dan baik hatinya ia. Sehingga ia perlu memanggil penasehatnya untuk mendengarkan apa pendapatnya.

Kaisar Hu Wei : Apa yang kau dengar tentang reputasi saya?

Bu Pi : Semua orang memuji kedermawanan dan belas kasih Yang Mulia

Kaisar Hu Wei : Kalau begitu menurut kamu, sampai batas mana saya bisa mencapai prestasi kemajuan?

Bu Pi : sampai batas kehancuran Yang Mulia

Kaisar Hu Wei : Mengapa perbuatan baik dari rasa kasihan dan kedermawanan bisa mendatangkan kehancuran?

Bu Pi : Rasa kasihan yang berlebihan membuat Yang Mulia tidak mengecam orang-orang yang salah. Terlalu dermawan membuat Yang Mulia memberi penghargaan sebelum waktunya. Jika yang salah tidak dihukum, penghargaan diberikan kepada orang yang tidak layak, apakah tak akan mendatangkan kehancuran?

Rasa belas kasih yang berlebihan, lebih parah lagi karena relasi personal atau kekerabatan sehingga merasa tidak enak menghukum, membuat hukum dan peraturan itu sendiri tidak jalan. Akibatnya, orang-orang bisa berbuat sesukanya dan seenaknya. Dan akhirnya (seiring berjalannya waktu) akan menghancurkan Negara sendiri.   (Inspirasi Minggu Ini, Aura No. 51 thn XIII Jan 2010)

Ekspresiku : AGREE! Syukurlah saya bukan lah pimpinan yang tidak harus diperhadapkan dengan pengambilan keputusan yg kadang sulit. Hehe syukurlah saya masih bawahan yang justru melihat, belajar dan meneladani para pimpinannya…. Iya kan? Siapa pimpinan yang patut diteladani dan pengayom, serta daripadanya kita dapat belajar banyak.

Monday 18 January 2010

Pilihlah : Yang Terbaik

Ada pilihan mudah, ada pilihan yang merefleksikan kebijakan.
Pertimbangkan pilihan-pilihan yang menghasilkan kebahagiaan dan keberhasilan …

Pilih untuk mengasihi, bukan membenci.
Pilih untuk belajar, bukan mengabaikan.
Pilih untuk tersenyum, bukan cemberut.
Pilih untuk membangun, bukan menghancurkan.
Pilih untuk menganalisa, bukan menerka-nerka.
Pilih untuk bertahan, bukan berhenti.
Pilih untuk menghargai, bukan menggosip.
Pilih untuk menyembuhkan, bukan melukai.
Pilih untuk memberi, bukan merebut.
Pilih untuk bertindak, bukan menunda.
Pilih untuk mengampuni, bukan mengutuk.

Ekspresiku :

Wah pilihan yang gampang tapi susah dilaksanakan, apalagi bila berkaitan dengan peristiwa, kejadian, moment yang sangat melukai hati, maka kata mengasihi, tersenyum, bertahan, menghargai, memberi sangat susah untuk dilakukan. Kita cenderung lebih cepat untuk bertindak, cemberut, mengutuk, berhenti, menggosip, menunda kasih, dan akhirnya membenci. Tuhanku, tolonglah untuk diberi kekuatan, dimampukan untuk bisa melakukan semua itu. Roh memang kuat, tetapi daging lemah…..

Ada satu kejadian yg cukup mengharukan dan membuka mata akan arti kasih yang sesungguhnya. 6 tahun pernikahan temanku, kalau saya menganalisa situasi dan ceritanya, maka hidupnya hanya diisi dengan 40% kebahagiaan, selebihnya kesusahan, penderitaan dan banyak air mata. Ia beragama lain, tetapi sangat toleran dengan kami teman-temannya yang tidak seagama dengannya. Mujizat Tuhan terjadi, justru di dalam kesusahannya dengan perlakuan suaminya, ditengah badai rumah tangganya, ia banyak berdoa, bergumul dan banyak membaca Alkitab milik suaminya (yang beragama Kristen), seiring perjalanan waktu ia dengan sadar memutuskan untuk mengikuti agama suaminya. Sepertinya begitu, tetapi juga tidak seperti itu....ia dengan kesadaran sendiri karena saya yakin mengalami kasih dan kekuatan dari Tuhan Yesus. Waktu mengurus untuk bisa dibaptis di salah satu gereja saya juga ikut mengantarnya. Memang tidak terlalu ’ketat’ seperti di agamaku, dimana sehari sebelum hari baptisan, ada pengembalaan ia bersama orang tua baptis..... Singkatnya, waktu ia ke gereja hari minggu itu untuk dibaptis, ia hanya didampingi oleh orang tua baptis dan teman-temannya, hanya segelintir teman, hanya 2 orang teman baiknya, tanpa suaminya yang telah pergi meninggalkannya.

Baptisan kudus diterima, ia menangis... entah apa yg berkecamuk di dada dan hatinya saat itu... hanya ia yang tahu. Aku hanya menyaksikan lewat rekaman video yg dibuat, tapi untuknya juga hatiku menangis. Karena saya dapat merasakan penderitaannya sebagai sesama wanita dengan hati yg sensitif, tetapi juga aku adalah temannya, ia ku kenal baik, begitu juga suaminya. Saya tahu kehidupan RT juga harus diusahakan, sama seperti kita bekerja ada upaya di situ... tetapi kehancuran RT sangat memukul jiwa, merapuhkan tulang. Tetapi ia justru menjadi kuat karena Tuhan Yesus. Itu kesaksiannya.

Saya belajar akan pengalamannya, tidak takut untuk membangun keluarga, tetapi memang yang harus dicari justru adalah laki-laki yang takut akan Tuhan, mengasihi aku, menghargai keberadaanku, jujur dan setia. Yang lainnya hanyalah hiasan pemanis hidup (seperti wajah rupawan, badan yang tegap, punya rumah yg besar, pendidikan yg tinggi, wawasan yg luas, uang banyak, mobil bagus, dll contoh) .... saya ingat punya teman dekat seagama, justru kami tidak pernah ke gereja bersama, padahal saya mendambakan bisa ke gereja bersama. Bukan hanya ke tempat tempat yang hanya menyenangkan lahiriah. Saya pernah mendapatkan yg tidak seagama, justru ia pernah mengantarku ke gereja biarpun (mungkin) ia belum siap untuk itu, aku tidak mau memaksakannya.... tapi semuanya sudah berlalu. Itu hanya pengalaman-pengalaman hidup yang pernah kujalani. Banyak senang, tapi juga susah. Ada duka, tetapi ada juga kesenangan. Saat ini dengan pengalaman temanku tersebut, membuatku belajar untuk bisa memilih lewat mata hatiku. Mata hati adalah pengejawantahan suara Tuhan, yang pasti tidak pernah salah. Terima kasih untuk pembelajaran itu, temanku .........................

Tuesday 12 January 2010

Mari Belajar Menghargai Orang Lain

Pengalaman bekerja dan bersama dengan orang lain dalam hubungan apa pun, atasan-bawahan, pertemanan, kepada kekasih, orang tua, pembantu kita tentu harus ada rasa menghargai….. tetapi hari ini aku belajar untuk LEBIH menghargai orang lain. Kalaupun pernah mengalami hal-hal yang tidak dihargai oleh orang lain seumpamanya dari atasan atau teman dekat, tetapi saya dingatkan untuk MENGHARGAI orang terutama yang berada disekitarku.....
Awal 2010, awal memasuki rutinitas sehari-hari, .... Terima Kasih Stella mendapatkan kiriman note (Source : Facebook Bunda Maria Santa Perawan Tersuci Note’s) dan ingin kubagikan bagi teman-temanku dan pembaca blogku juga.

Mari Belajar Menghargai Orang Lain

Salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah penghargaan. Entah itu orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, tinggal di kota , desa, bahkan yang di daerah terpencil sekali pun, semuanya ingin dihargai. Hubungan antar individu akan berjalan dengan baik dan harmonis apabila masing-masing pribadi saling menghargai: ada pihak yang memberi penghargaan dan ada yang menerima penghargaan.

Semua orang pasti berusaha memperoleh penghargaan dari orang lain; apa pun caranya pasti akan ditempuh. Namun dalam hal memberikan penghargaan kepada orang lain, tidak semua orang mau melakukannya. Contoh nyata adalah hubungan antara tuan dengan hamba, atasan terhadap bawahan. Seorang tuan/atasan selalu ingin dihargai dan dihormati, tetapi belum tentu mau memberikan penghargaan kepada bawahan atau hambanya meskipun mereka sudah bekerja keras dan melakukan yang terbaik. Bukankah ini seringkali terjadi di sekitar kita? Seorang tuan/atasan bertindak semena-mena terhadap bawahannya, bahkan cenderung memandang rendah. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, ”Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu;” (ayat 1a), jangan hanya menuntut penghargaan dari bawahan.

Belajarlah untuk memberi penghargaan dan pujian untuk setiap jerih lelah bawahan kita! Memberi penghargaan kepada bawahan akan memacu mereka untuk lebih bersemangat mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Sebaliknya bila tuan/atasan hanya mencerca, memaki, merendahkan dan menekan bawahannya, hal itu akan menurunkan semangat dan motivasi kerja. Apalagi para tuan/atasan yang notabene adalah seorang percaya , haruslah memberi teladan yang baik dan menjadi kesaksian bagi bawahan kita, bukan malah jadi batu sandungan! Tuhan Yesus sendiri yang adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan ”...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28).

Tuhan menghendaki agar kita saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi hormat (baca Roma 12:10).